WHEN THE WILD FLOWERS CALL

WHEN THE WILD FLOWERS CALL

Pukul tengah malam. Tidak ada kebahagiaan.

Tidak ada hello comrades diawal cerita yang ceria menyapa. Malas. Aku juga sebenarnya tidak mau melanjutkan tulisan ini karena rasanya, tidak ada motivasi untuk itu. Bukan kewalahan, bukan stres, bukan depresi apalagi keinginan untuk bunuh diri. Hanya saja, rasanya seperti kosong. Tidak berisi, tidak bermakna. Ingin keluar saja dari cangkang yang fana ini. Ingin tiba-tiba sampai ke bulan, menyapa para benda eksperimen NASA yang ditanam di sana.

Rasanya seperti ada yang salah, tapi semuanya baik-baik saja. Semuanya berjalan dengan baik, kuliah berjalan dengan lancar, keuangan aman, keluarga damai, teman-teman suportif, dan tidak ada konflik sama sekali! Tapi jangan tanya tentang konflik yang ada di kepala karena jawabannya pasti selalu ada. Percakapan-percakapan aneh, delusional, fiktif, mengganggu, ….

Sekarang, ada sebuah cerita yang menuntut untuk ditulis. Cerita yang terus mengejar tanpa henti tidak tahu waktu. Padahal kalau ditulis pun ujungnya akan kena komentar kalau konflik dan klimaks yang ada kurang kompleks. Memang seharusnya tidak meminta komentar siapa pun karena ujungnya akan membuat overthingking sendiri. Biarkan saja. Biarkan ceritaku ada seperti apa mestinya. Sederhana tanpa konflik mengada-ada.

Cerita-cerita itu, tidak hanya dalam blog ini tapi juga di dalam draf-draf rahasia laptopku, mengandung benang merah yang agak mengejutkan. Karena belakangan ini, ternyata ceritaku kebanyakan berisi tentang bunga-bunga. Bunga mawar, bunga wisteria, bunga sweet william, bunga krisan, dan sekarang yang mengejarku adalah bunga-bunga liar. Bunga-bunga yang dahulu kupetik dan kujadikan ikat kepala atau kuikat dengan jerami, kubawa pulang dan kuletakkan di gelas kaca dan mengisinya dengan air yang juga terdapat ikan-ikan kecil.

Kebanyakan juga ceritaku berisi lamunan, gadis yang tersesat di dalam kepalanya…

Sebenarnya tidak lain tokoh utamanya ya aku. Dengan sedikit romantisasi dan majas sana-sini tentu.

Pernah gak sih kamu ingin merangkul diri kamu sendiri? Yang kalau ketika introspeksi kalian akan merasa bahwa di luar, ia diliputi kebahagiaan. Tawa sana tawa sini. Dia juga manusia, loh. Yang di dalam kamarnya merenung seorang diri, melamun berjam-jam, menangis sampai ketiduran, meringkuk di pojok ruangan sambil memeluk boneka kesayangan…

Well, bukannya tentang apa. Komplikasinya memang rumit karena kebenarannya memang tidak ada masalah sama sekali. Semuanya berjalan dengan baik sampai ketika aku masuk ke dalam kamar dan seorang diri, atmosfer berubah. Dunia seperti beda. Yang sebelumnya penuh canda tawa, warna warni kehidupan, sedrastis itu menjadi melankolia. Aneh, tapi menurutku ini manusiawi. Kadangkala manusia memang sekontradiktif itu. Maka darinya, aku cuma mau memvalidasi diri kalau aku tidak baik-baik saja. Aku butuh obat, secepatnya.

Bukannya terakhir kali aku pernah cerita tentang buku-buku pengembangan diri yang banyak menolongku? Kemujarabannya ternyata tidak selama itu. Buku fiksi juga tidak lagi menolong. Lembar-lembar diary yang habis kucurhati termasuk ketikan ratusan kata dalam blog ini, tetap saja semuanya tidak pasti untuk menghilangi rasa kosong dalam diri! Sebenarnya ada apa… Ini kenapa…

Mencari jawaban adalah tujuan hari-hariku ke depan. Tidak tahu lewat apa. Entah dengan menulis atau membaca seperti solusi-solusi sebelumnya, atau dengan keluar mencari udara segar sejenak. Aku malah kepikiran untuk ke kebun untuk mencari bunga-bunga liar. Atau mungkin, bunga-bunga liar itulah yang membuatku begini? Maksudnya, aku merasa kosong lalu butuh sesuatu dan salah satu solusiku adalah mencari bunga-bunga liar. Bunga-bunga liar ini memanggilku; dengan cara ajaib sekaligus membuat frustasi. Tidak apa, mari kita turuti saja kemauannya. Nanti hasilnya, akan saya tuliskan lagi di sini, mungkin berupa puisi.

Comments

Popular Posts