IT'S OKAY TO DOING NOTHING
Write to self-healing
IT’S OKAY TO DO NOTHING
I
want to be productive, and I think all of us want to be like this. We are
always won’t our time will be wasted by something worthless and useless. We’ll
feel guilty if we just doing nothing. Just laying down, scrolling social media,
imagine something fictional, and others. We all want to do everything (*read
EVERYTHING) because we expecting that after doing these or those, our time will
be so useful and happiness come then. And yet, we didn’t relize if activities
that we wan’t to do, will never be ending. There are more and more activities! Are
we should to do all of them?
(Baru
satu paragraf nulis pakai Bahasa Inggris, udah terasa capek saja. Harus mikir
dua kali, bro. So, let’s we continue with
Indonesian! (Exactly, campur
bahasa))
Aku
suka banget baca-baca motivation quotes
baik dari buku, Pinterest, Twitter maupun Instagram. Baik motivasi biasa maupun
motivasi keagamaan. It helps me to
improving my self and be better day after day. Motivasi-motivasi tersebut kadang
juga menjadi pengingat terhadap sesuatu dalam diriku yang kelupaan. Misal,
menghargai diri sendiri ketika dalam fase kegagalan. Suka kelupaan, cui. Atau saat
insecurity tiba-tiba datang. Motivasi-motivasi
ini bahkan bisa kusebut sebagai suplemen kesehatan mental. Saking bergantungnya,
hari-hari tanpa motivasi itu kayak ada yang kurang. Bukannya apa, sih, tapi
memang kalau motivasi cuma dari dalam diri sendiri, itu ada yang kurang. Harus ada
pengingat dari faktor eksternalnya biar tambah mantep. Pokok motivation quotes are my heroes to keep going,
deh.
Tapi,
belakangan ini ada yang bikin otak kompleks-ku meronta-ronta ingin mengeluarkan
unek-unek karena kemunculan motivation
quotes yang kayaknya kurang sesuai. Saat ini kan sedang pandemi Covid-19
yang mengharuskan orang-orang untuk diam di rumah agar virus tidak menyebar
semakin luas. Akhirnya, banyak orang menganggur dan mengalami kebosanan akut
karena diam saja di rumah. Banyak sekali kata-kata motivasi baik dari akun khusus
motivasi maupun influencer yang
membagikan postingan dengan tema how to
keep productive during pandemic. As a
result, recently banyak banget
orang-orang yang memposting kegiatan produktifnya selama di rumah. Gak apa-apa,
sebenarnya. Yang masalah itu cuma “kenapa saat pandemi gini, orang-orang
berlomba-lomba untuk menjadi produktif?”. Ini agak gak apa-apa, kayaknya. Yang lebih
masalah itu, kenapa ke-tidakproduktif-an terasa seperti bad thing?
Aku
jadi ingat beberapa waktu lalu saat aku ngobrol di Whatsapp bersama temanku.
Kita ngobrol tentang sekolah yang nggak masuk-masuk, hingga berujung pada
pertanyaan “selama Corona ini, lu ngapain aja di rumah?”. Aku menjawab kalau tiap
hari aku berkebun, menggambar, dan belajar buat olimpiade Agustus mendatang. Terus kadang aku juga menghabiskan berjam-jam
waktu untuk menunggu bunga Ibuk mekar dan mengelus-elus Sri (nama kucingku)
sampai dia tertidur pulas. Temanku menanggapi, “gila, lu produktif banget. Apalah
daya gue yang tiap hari cuma nonton film sama hapean.”
It’s okay if you or us just watch movies and hapean. Kita lagi ruwet pandemi, cui. Di luar lagi
ada virus tak kasat mata yang berperang melawan kita. Kita udah dihadapi oleh
masalah pandemi, jadi gak usah mempermasalahkan produktif atau tidaknya kita.
Penting bahagia, as simple as that. Nggak
ngelakuin apa-apa itu lebih baik daripada kita melakukan sesuatu, tapi kita
tidak menikmati itu.
Bebaskan
aja diri kita, tidak usah memikirkan tuntutan produktif selama pandemi. Aku
juga sering tidak produktif, kok. Contohnya menunggu bunga mekar. May be it looks weird, tapi beneran, aku tiap pagi menunggu bunga yang
mekar. Ini hal yang sederhana dan aku cuma tinggal duduk saja serta mengamati. Tapi,
tunggu. Kita lihat betapa hal sesederhana ini sebenarnya sungguh bermanfaat. Kita
bisa melihat cara semesta bekerja lewat hal paling sederhana. Kita bisa
mengagumi ciptaan Tuhan dan bagaimana Dia mengatur segala hal. Kita bisa
menyadari bahwa menjalani hidup secara pelan-pelan dan tidak terburu-buru malah
menjadikan hidup itu begitu indah. Lah kok bisa gini? Ya iya. Apa ada bunga
yang mekarnya cepat? Perlu waktu, sayang. Tapi, lihatlah betapa indahnya.
Atau,
kita bisa benar-benar tidak melakukan sesuatu. Literally cuma bernapas. Namun, pasti otak kita sedang ke
mana-mana. Sedang mengelilingi galaksi. Wah, ini mah sering aku. Imajinasinya ke
mana-mana. Manfaatnya apa? Gak ada. Mungkin ada, tapi bodo amat.
Hidup
ini, let it flows aja. Kadang, dengan
membiarkannya mengalir begitu saja, kita akan benar-benar bisa menghargainya. Kita dihadirkan oleh Tuhan di dunia ini, pasti
ada alasannya kok. Entah buat ngisi neraka, entah buat ngeramein bumi-Nya,
pasti ada. Kalau pake istilah Bahasa Jawa, “opo jare.” Tapi ya kudu semangat,
jangan iya iyo iya iyo aja. Harus bisa kendalikan hidup dan diri sendiri. Semangat,
rek!
Comments