PERMISI, MAU EMOSI
Sebenarnya
aku malas sekali menulis blog untuk hari ini karena jadwalku sekarang adalah latihan
persiapan Ujian Mandiri. UM-ku kurang empat hari lagi dan aku masih rendah di
Matdas dan Ekonomi. I don’t know, dua
subjek itu selalu saja menjadi batu sandunganku. Bimsalabim, ntar juga bisa,
ya!
Dari
buku Atomic Habits karya James Clear yang sedang kubaca, untuk mencapai suatu
kebiasaan, kita harus melakukannya secara berulang dalam waktu yang sama. Nah,
karena aku menulis blogku ini di setiap hari Selasa, aku akan tetap mengunggah
apa pun yang terjadi agar kebiasaanku ini tidak putus. Aku harus memaksakan
diri untuk menyediakan waktu untuk menulis juga karena mengingat mimpiku:
menjadi penulis buku dongeng.
By the way, kemarin aku agak emosi ketika teman-temanku banyak
yang menanyakan hasil UTBK-ku: “Fi, gimana hasilnya?”
Maaf,
teman-teman. Aufi memang emosian anaknya.
Alasanku
malas dengan pertanyaan itu sebenarnya bukan karena hasilnya merah
(alhamdullillah hijau,sahabat), tapi malas saja dengan kekepoan orang-orang. Mood-ku benar-benar tidak bagus. Apalagi
ketika mendapati kebanyakan yang bertanya ke Aufi itu teman-teman yang sudah
dinyatakan lulus. Jadi, aku membayangkan posisi misalnya aku tidak lulus, terus
betapa nyeseknya dibrondong pertanyaan itu. Misalkan jawabannya iya (memang
iya) sih tidak apa-apa, tapi kalau tidak? Respon orang-orang yang tanya tadi
gimana: “Ya udah, semangat ya fi. Jangan putus asa.” Basi. Diem lo.
Tuh,
kan, gegara aku terlalu mendalami peran dalam membayangkan dan
mengimajinasikan, jadinya sumpek dan emosi sendiri. Padahal tidak salah juga. Cuma,
ya emosi aja. Paham tidak, sih?
Aku
tidak menyindir siapa pun di sini. Untuk yang telah menyemangati Aufi,
terimakasih banyak karena hal itu sangat berarti buatku. Cuma karena mood-nya membayangkan tidak lulus,
jadinya marah-marah.
Terkadang,
ya, ketika kita mendapatan achievement
yang kita targetkan dan itu membuat kita bahagia, kita jadi lupa bahwa ada yang
menangis perih karena tidak diterima.
So, kalau gak diberitahu, gak usah tanya.
“Tapi
kok tetep ikut Ujian Mandiri, Fi?” mungkin muncul juga pertanyaan itu di benak
pembaca. Banyak drama, rek. Cukup menguras air mata dari SNMPTN kemarin.
Kejadian yang membuat mentalku jatuh dan males banget. Why me? Sampai kayak gitu dan beberapa kali self-harm dan mau ke psikolog juga. TAPI TENANG SEKARANG SUDAH
TIDAK APA-APA WALAU KADANG SERING MISUH DAN BIPOLAR.
Ngomongin
self harm, ternyata aku tidak
sendirian. Banyak teman-temanku yang juga menyakiti dirinya sendiri kalau
sedang sakit mental. Karena banyak teman ini jugalah yang membuatku tidak
merasa sendirian lagi, xixixi. Tapi jelasnya menyakiti diri sendiri itu tidak
baik. Sangat tidak baik. Jangan sekali-kali nyoba. Nanti ketagihan, hadeuh.
Alasanku
self harm salah satunya adalah ketika
aku sudah tidak bisa membendung apa yang tengah kuhadapi, sehingga aku mencoba
untuk menjedug-kan kepala ke dinding agar amnesia. Atau tabok sana tabok sini
cubit sana cubit sini agar bangun dari mimpi buruk ini. Tapi ternyata bukan
mimpi. Yang paling mantep tuh masukkan kepala ke bak mandi sampai paru-paru
panas karena ingin ketika bangun berubah wujud menjadi kucing saja.
Sebenarnya
aneh-aneh banget alasannya. Kalau sedang waras begini jadi lucu kenapa aku self harm, ya? Bahkan pernah ada saat di
mana muncul suicidal thought. YaAllah,
ini gak lucu, tapi kenapa aku bisa kayak gitu juga? (Malah ketawa sendiri gw
sekarang)
Udah
ah, memalukan, kenapa malah melantur ke sini. Kita bahas topik yang lain saja.
Kemarin
minggu aku ikut diskusi buku dan tur virtual bersama seorang bookstagram dan beberapa komunitas baca
di Jakarta. Asik banget untuk mengisi kegabutanku, namun beberapa part aku
harus cabut karena kucing-kucingku ruwet banget. Tapi asik, deh. Benar-benar
asik dan membuatku ingin ikut lagi karena bisa mendapatkan banyak ilmu. Untuk next
event, tanggal 19 nanti aku akan ikut diskusi baca buku Atomic Habits bersama
teman-teman @bacadandiskusikan.
Kalau
sekarang, sih, aku sedang ikut event dari
UNICEF tentang jadi pemimpin bagi sekitar. So
far masih oke. Bagus deh, bisa menambah kesibukan. Aku kangen banget
rasanya kewalahan karena kebanyakan kegiatan. Dari kemarin-kemarin kek jadi
jamur rumah aku. Nempel di kasur mulu dengan hidangan buku. Buku novel tapi.
Oh,
ya, ada lagi nih hal yang bisa buat aku emosi.
“Lo
baca novel mulu apa untungnya sih?”
HEY
YOU, saya tampar dan tempeleng Anda. Rasakan dulu sensasinya sebelum bilang
kayak gitu.
“Kok
bisa segitunya sih suka buku?”
Daripada
suka sama cowok? Disakitin mulu kan anjir.
Soalnya
gini loh, guys. Kamu gak bisa hidup di masa holocaust,
kan? Gak bisa hidup di planet luar angkasa, kan? Gak bisa hidup di zaman
kerajaan? Gak bisa hidup di masa depan? Gak bisa merasakan hidup jadi tokoh
yang berbeda-beda? Gak bisa merasakan hidup di Cina pada masa kepemimpinan Mao
Zedong? Gak bisa hidup pada saat Perang Korea? Tragedi Vietnam? Gak pernah
hidup di dalam mitologi Yunani? Gak bisa hidup saat Genghis Khan berkuasa? And many more…
Nah, dengan baca buku kita bisa mengalaminya. Believe me, asik pol.
Comments