PERMISI, MAU NGOCEH #2

 PERMISI, MAU NGOCEH #2

Hello comrades!

Aku nulis blog ini sambil nungguin HP yang sedang dicas. Lama banget, soalnya semalaman ngecas tidak sadar kalau nggak masuk. Jadi, di pagi hari, aku tidak langsung HP-an, melainkan nonton beberapa calming videos di Youtube. Apa aja? Anh Lin, Simonesquared, Emma Chamberlain, dan satu lagi yang dari Swedia tapi aku lupa namanya—pokok bukan Jonna Jinton karena Youtuber satu ini belum update vidio terbaru.

Konten yang aku tonton di Youtube kebanyakan berisi tips psikologi, rekomendasi buku, bersih-bersih, vlog ibu rumah tangga seperti Haegrendaal, vlog random seperti Emma Chamberlain, dan lain sebagainya. Ini membuatku reduce my mental health problem sometimes. Kadang juga ada beberapa tambahan ilmu yang belum aku temukan dari membaca buku. So fun and calm when watch all of them!

Anyway, aku agak overwhelmed dengan buku-buku psikologi karena kebanyakan tips yang diperoleh, aku bingung mau mengaplikasikan yang mana. Namun poin plusnya, aku lalu sadar kalau apa yang kita pelajari sekarang tidak harus kita aplikasikan sekarang. At some moment misalnya aku menghadapi sebuah problematika. Kita ambil contoh marah dan kecewa. Karena sebelumnya aku sudah memiliki panduan dan tahu apa yang harus kulakukan ketika marah, jadi aku bisa cope with this emotion lalu mulai menguraikannya dan akhirnya masalah selesai.

Terus, rasa overwhelmed juga tidak bisa aku paksakan dengan tetap membaca genre buku yang sama. Aku beralih dengan membaca buku-buku fiksi, seperti bukunya Paulo Coelho, Laksmi Pamuntjak, Sayaka Murata, Ziggy Zezsyazeoviennazabriezke, dsb. Btw, aku sedang bangga banget bisa menulis nama kedua Ziggy dengan sempurna tanpa menyontek. Kebahagiaan kecil yang membanggakan.

Hal lainnya tentang buku, karena aku merasa tertantang untuk mengeksplor banyak genre, aku mencoba untuk membaca buku Young Adult berjudul A Untuk Amanda. Awalnya aku merasa enjoy karena tema yang diusung juga tentang psikologi dan beberapa insight pengertian ‘cantik’. However, aku merasa tidak cocok dengan latar kehidupan masa SMA. Seperti sudah jauh saja masa itu dalam hidupku, jadi tidak relate. Alhasil, aku tidak enjoy yang pada akhirnya memutuskan, “This books isn’t written for me.”

What I got is, aku merasa tua karena tidak bisa relate lagi dengan kisah-kisah masa SMA. Kayak… ya ampun. Masa SMA tuh masa ketika aku masih bocil dulu banget (padahal belum genap enam bulan lulus SMA). Pokok konklusinya aku merasa tua. Mungkin ini dikarenakan aku yang lebih sering membaca buku tentang manage time, bahkan kadang parenting, novel-novelnya pun kebanyakan berisi tokoh-tokoh yang sudah bekerja. Kalau pun tidak tokoh dewasa, aku membaca dongeng. Kontradiktif semuanya, bingung deh.

Anyway, seharusnya aku memberi kalian ilmu gak sih walau sedikit? Paragraf-paragraf sebelum ini sepertinya sangat tidak berfaedah karena hanya membicarakan tentang aku. So, sek, aku mau mikir sesuatu yang bisa aku share.

We are always so busy, so filled with things to do (as seen on our to do list app), what is it that we’re ready doing or paying attention to? When do we focus our eyes on and where to we direct our thoughts upon?

Often we have no idea because we do not remember. We canot even remember little things such as what we had for lunch, who we met yesterday and what conversations we had even a few minutes ago with our friends or collegues. Before we know it, the days end, and then the week is over, and then comes a new months, and a new year begins. And we ask ourselves, where did the time go, what have we done, what have we achieved and what have we learned?

Dua paragraf tersebut berasal dari bukunya Desi Anwar yang berjudul Offline. Aku merasa relate dengan dua paragraf itu karena aku merasa kalau kita sibuk sekali dengan hal-hal yang kita lakukan, to do list, ponsel kita, aktivitas di media sosial, dan sebagainya sehingga membuat kita lupa, gitu dengan apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Terlalu fokus dengan hal-hal tadi membuat kita melupakan proses dan hal kecil yang kita lewati seperti apa yang telah kita bicarakan dengan teman pukul 4 sore kemarin, or something else. Kita tidak menikmati detik-detik yang kita lalui, mindful dengan apa yang kita lakukan, hingga hari-hari berlalu dengan cepat sekali. Ketika kita menyadarinya, eh sudah mau tahun baru saja.

What we have to do in my opinion is; sometimes we have to take an hour, a half hour, or a few minutes to take a slow breath and remember hari ini udah ngelakuin apa aja sih? Biasanya aku merenungkan hal ini sebelum tidur dan menuliskannya di buku harian. Menurutku, hal-hal kecil dalam hidup kita tuh, harus diingat juga. Karena proses kecil-kecil itu lah yang membuat kita menjadi besar.

Dannn, menurutku untuk apa hidup kalau kita tidak ingat dengan proses yang kita lalui? Seperti… percuma gitu loh kalau lupa semuanya. So, hargai setiap momen yang ada di sekitar kita. Rangkul dunia kita, enjoy, jangan lupa bahagia.

Well, HP-ku sudah 100%...

(Kenapa butuh HP banget? Bukan sedang ketergantungan cui, ada Line dari perkuliahan yang menunggu segera dibaca)

Comments

Popular Posts