WATERLILY STAGE

cr: Waterlilies by Claude Monet

 Cahaya itu masuk melalui jendela. Saya masih menguap sembari membuka laptop untuk mengawali hari dengan mengerjakan tugas kuliah. Semalam saya habis menangis karena tidak mengerjakan soal dengan baik. Bahasa Belanda mulai sulit sekarang. Saya tahu saya harus bertahan karena untuk pindah jurusan lain, saya pasti akan menemukan kesulitan yang lain. Setiap hal ada kesulitannya sendiri, bukan?

Saya punya waktu 40 menit sebelum kelas untuk menulis blog. Seperti biasa, saya tidak punya rancangan apa-apa untuk menulis apa. Tetapi kemarin teman saya curhat dan meminta saran bagaimana cara untuk move on?

Kawan, ini isu yang ada di kepala saya juga. Kamu tentu tahu cerita saya dengan Tuan baru saja selesai. Saya sedang memulai kisah baru seperti cerita yang berjudul Alkisah itu. Pertemuan tidak terduga dengan masa lalu. Saya belum sepenuhnya lupa dengan perasaan saya kepada Sang Tuan dan di waktu yang sama saya juga belum merasa tertarik dengan Pangeran Baru.

Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya juga, saya sekarang bukan lagi Rose. Melainkan Waterlily yang mengambang seperti perasaannya. Bukannya saya merasa lega karena perasaan saya sudah tidak menuju ke mana-mana, tapi saya malah merasa hampa lagi. Tidak ada obsesi, ambisi, orang yang dipikirkan ketika pagi.

Bagaimana caranya kamu bisa sampai di fase ini, Fi?

Ceritanya panjang. Saya harus berdamai dengan rasa sakit dan harus berhenti menangis. Kalau dulu saya menangis karena kisah dengan Tuan tidak pernah mencapai kesepakatan, sekarang saya menangis karena tidak bisa mengerjakan Tata Bahasa Belanda. Masih sama nangisnya, tapi alasannya yang beda. Dan saya lebih baik jatuh cinta dibanding jatuh nilai.

Saya mulai fokus ke hal lain, kawan. Saya tahu kalau ada yang menanti saya di masa depan nanti. Saya tahu akan ada orang yang menunggu saya di ujung cerita. Ada masa depan yang cerah di sana. Jadi, saya harus mempersiapkan semuanya dengan mengerjakan apa yang saya bisa. Di sini, saya mau kuliah dengan benar. Saya mau mencari pengalaman sebanyak-banyaknya, membaca buku ratusan jumlahnya, dan mengenal lebih banyak karakter lagi.

Ternyata, ketika saya mulai tidak memikirkan Tuan, saya sadar kalau dalam cerita itu, saya meninggalkan banyak hal. Ada hal-hal lain yang seharusnya sudah saya raih tapi tidak karena saya macet di cerita yang tidak pernah lampu hijau. Jadi intinya, alihkan fokus ke hal lain. Jangan pikirkan lagi tentang laki-laki atau perempuan itu. Memang sulit dan lebih mudah ngomongnya, tapi coba saja. Fokus pada apa yang bisa kamu kerjakan. Jangan melamun karena di dalam lamunanmu, pasti akan muncul dia yang tersenyum.

Senyum yang bisa meruntuhkan kota Praha itu.

 

Comments

Popular Posts