CAN I?
Jangan
tanya kabar saya bagaimana, karena seperti biasa, sama tidak bagusnya seperti
yang sebelumnya. Akan tetapi, siapa pun engkau, pembacaku, kuharap kau
baik-baik saja.
Saya
punya masalah keluarga yang tidak bisa saya ceritakan. Yang jelas, kedua
orangtua saya terancam pisah. Doakan semoga semuanya membaik. Saya benci harus
mendengar suara-suara bentakan yang terus menggema di kepala saya. Saya capek
menangis dan air mata saya sudah mengering seperti lahan-lahan tandus Afrika
kala musim panas.
Mari
kita cerita hal-hal yang bahagia saja.
Semester
satu perkuliahan saya lalui dengan baik. IPK saya lumayan bagus, bisa
ditingkatkan lagi tahun depan. Saya juga bergabung dengan banyak tim-tim kerja
di organisasi dan mereka semua baik sekali. Saya bermain dengan teman-teman,
mengobrol banyak, dan makan enak. Kesehatan saya patut saya syukuri. Tidak ada
yang salah dengan semuanya.
Saya
masih sering melukis dan menggambar.
Ketika dia menggambar, dia tidak
lagi kesepian. Kalau tidak salah kata-kata itu saya temukan di dalam bukunya Charlotte Bronte. Ya, saya tidak merasa kesepian kalau
sedang menggambar. Namun rasa kesepian itu kembali mendera saya ketika saya
tidak melakukan apa-apa. Ketika saya tidak membaca, menonton Netflix, menulis
seperti ini, saya selalu merasa kesepian. Saya ingin ditemani, saya ingin
dicintai juga. Saya merasa kesepian, tidak adakah yang mau menemani saya?
Ah,
mengenaskan sekali. Saya seperti mengemis untuk mendapatkan belas kasih. Tidak
boleh begini terus karena saya tidak selemah ini. Boleh saya meminjam secuil
ketabahan para Rasul? Boleh saya mendapat setitik cahaya dari mentari galaksi
ini? Semuanya gelap. Saya hampir tidak kuat.
Lebih
buruknya lagi, Tuan meninggalkan saya dalam ruang kosong nan sepi. Saya makin
merasa tidak berharga di dunia. Saya merasa tercampakkan dari peradaban dan
tempat yang seharusnya. Tuhan, boleh saya minta cinta?
Semalam
saya bermimpi yang hampir nyata. Mimpi yang terngiang-ngiang di kepala saya
sampai sekarang dan hampir membuat saya menangis lagi.
Di suatu tempat di keramaian,
kami menunggu kereta datang. Tangan kami bergandengan, mungkin supaya saya
tidak hilang atau gepeng diinjak-injak kaki keramaian. Kami akan pergi bersama,
begitu kata cerita di dalam mimpi saya. Lalu, dia mengecup tangan saya. Begitu
lembut dan penuh cinta, seakan saya adalah permaisuri dambaannya. Saya tersenyum.
Saya
terbangun. Cuma mimpi.
Tuhan,
boleh saya minta itu jadi nyata suatu hari nanti? Kalau bisa secepatnya. Kau tidak
sebegitu teganya, kan, membiarkan hati hamba-Mu ini semakin hancur menjadi
serpihan yang tak lagi bisa tersusun?
Maaf
sedikit memaksa, Tuhan. Hanya Engkau yang bisa menolong saya sekarang.
Comments
banyakin sholawat & rasa cinta ke nabi aja , dgn wasilah sholawat saya yakin segala perkara yang sulit bahkan yg mustahil pun akan menjadi mudah dilalui. Soalnya Nabi Muhammad ga mungkin ga peduli ke umatnya yang punya rasa cinta begitu besar ke beliau. Saya dah punya banyak pengalaman semacam ini soalnya, dan nyatanya alhamdulillah bisa saya lalui dengan lancar, bahkan diluar ekspektasi saya.
Saya juga akan do'akan aufi seistiqomah mungkin kok
Sehat² ya disana, we love you..
*Dari salah satu pengagummu :)