A Poetry #2
Puisi ini adalah lanjutan dari cerpen yang berjudul Laki-Laki Bernama Haze
MENTARI
Bagaimana kabar mentari yang diam-diam sembunyi dalam kerahasiaan pagi?
Dalam balutan hujan dan kabut yang menurun dan meninggi
Kata siapa ia akan pergi dalam hari yang tertutup misteri?
Meski disembunyikan, ia tetap menerangi, malu-malu memantul di atas permukaan embun di atas kelopak melati
Masih tentang mentari, ia jatuh dalam lubang abadi
Berkali-kali meneriakkan kata-kata ‘lenyap’
Ia tetap bergemuruh dalam senyap
Hati tak bisa memungkiri kalau ia masih tetap pada mentari
Meski panas membakar kulit yang tak terlindungi hembodi
Tetap rekah, meruah, seperti bunga mawar merah
Bagaimana? Tanyaku dalam hati
Bagaimana melupakan ia yang terus terbit bercahaya di setiap esok hari?
Lenyaplah, kataku seperti penyihir andal
Namun sial,
Bukan menghilang, malah tambah berlalu lalang!
Giethoorn, 8 Juni 2000
Untuk Hazelnut Jan Verhaag dari Arawinda Krisantium
Comments