MINGGU PERTAMA UAS SEMESTER 3
Aku
saat mendapat nilai tinggi: “Zomcur I’m coming!”
Aku saat
mendapat nilai yang mepet KKM: “Nilai tuh gak penting, asalkan kita paham sama
materinya.” (Nyatanya aku tidak paham dengan materinya)
Minggu ini, aku ujian akhir semester 3.
Rasanya biasa saja pada awal-awalnya. Aku sangat santai karena masih
sempat-sempatnya membaca novel yang kupinjam dari perpustakaan. Aku juga masih
sempat keluar bersama pacarku hingga jam sepuluh malam. Meski ujian ini sangat
menentukan, tapi aku menghadapinya dengan santai.
Lalu, nilai-nilai pun keluar.
Well,
ujianku
menggunakan website universitas yang
langsung memunculkan nilai ketika kita selesai mengerjakan. Setiap keluar
kelas, wajahku tak lagi menampilkan cahaya seperti semangatku di pagi hari
tadi. Lesu. Nilaiku tak sebanyak target yang harus kucapai—walau pun aku tidak
begitu berekspektasi.
Untuk memelihara mental, aku tidak
berani bertanya ke kedua temanku yang nilainya pasti di atas rata-rata nilaiku.
Kalau bisa membaginya, kira-kira ada tiga strata nilai di Sastra Belanda angkatan 2021,
di antaranya: 1) manusia-manusia yang keluar kelas dengan wajah lesu; 2) wajah-wajah
lapar ingin ke Kansas dan tak peduli akan nilai, yang penting lulus; 3) wajah
sumringah karena nilai di atas delapan puluh.
Tebak aku tim yang mana? Wajah lesu, lapar,
bilang tak peduli nilai tapi dalam otak berkata ya Allah kok aku bego banget yah.
Tetapi yang jelas, suasana ujian memberikan
kekhasannya sendiri. Sebelum ujian dimulai, kelompok-kelompok kecil di kelas saling
berkumpul, mendiskusikan apa saja materi yang kira-kira keluar nantinya. Aku
juga ikut nimbrung, terkadang loncat dari kelompok satu ke kelompok yang lain.
Selesai ujian, semua orang menanyakan nilai. Ada yang membanding-bandingkan
dengan nilai milik sendiri yang lebih kecil, ada juga yang hanya berkata wah. Kemudian, semuanya berjalan menuju
Kansas dan mengenyangkan diri setelah otak dijejali soal-soal yang jatuh dari
kata baik hati.
Anyway,
ujianku
bukan hanya minggu ini. Ini hanya minggu pertama, masih ada minggu kedua bahkan
selanjutnya. Yang jelas, meski nilai-nilaiku naik turun seperti grafik saham,
aku menikmati suasananya. Aku juga menyukai proses di mana aku dan teman-teman
seangkatanku berproses untuk menjadi sesuatu.
Comments