Boneka Babi: Sebuah Cerita Pendek

Dia lupa minum banyak air putih hari ini. Wajahnya terlihat pucat, apalagi bibirnya: bukan main pecah-pecahnya! Namun, ada satu hal yang dia ingat sampai lupa semuanya—termasuk lupa minum air (padahal dia suka sekali air putih sampai-sampai sering beser)—yaitu: beli boneka babi untuk adik perempuannya.

Bukan boneka babi hutan yang terlihat garang seperti babi ngepet, tapi anak babi pink yang menggemaskan. Aneh memang, tapi adiknya suka babi. Adiknya itu islam, dari keluarga yang bakal ngomel tujuh turunan hanya karena perkara menunda solat, tapi maaf ini tidak ada hubungannya dengan suka boneka babi.

Mari kita lanjutkan.

Dia menembus kemacetan Jakarta. Jakarta dan macet dan debu dan udara yang sangat buruk. Ditambah lupa minum banyak air? Aduhai, buset sebuset-busetnya: parah, kombo!

Dia juga sudah memakai "tips wangi meski diserang badai polusi" dari Twitter yang juga sudah dia markah sedari sebulan lalu. Memakai Biore Sakura White, deodoran Nivea, parfum refill abang-abang pinggir jalan di titik-titik tertentu, pakai Downy juga sebagai bahan pengharum pakaian. Namun pada akhirnya, saat ia tiba di toko boneka di pinggir jalan Boulevard Raya, dia tetap bau debu.

Emang cuma satu tip yang berguna agar tidak bau debu akibat jalanan Jakarta: pakai mobil. Lupakan, dia tidak punya mobil. Apalagi, sisi idealisnya berkata: mobil tidak ramah lingkungan, bikin macet, blabla blabla dan seterusnya sampai sepanjang tujuh meter kalau kalimatnya tertulis dan diukur (perlu diingat, kita memakai font Times New Roman dengan ukuran 12).

“Mbak, boneka babi di mana ya?”

Penjaga toko itu—yang ramah sekali—berdiri dan berjalan, lalu menunjukkan letak boneka babi berwarna pink.

“Mau satu, Mbak. Dibungkus pakai format kado, ya. Adik saya ulang tahun hari ini.”

“Wah, selamat ulang tahun untuk adiknya ya, Mbak!”

“Terima kasih.”

Selepas boneka babi itu dibungkus dengan rapi, ia mengambilnya. Keluar dari toko, ia langsung diterpa siang Jakarta yang panasnya sudah seperti simulasi neraka. Jangan lupakan bau polusi yang memuakkan.

Dia lalu menghampiri motornya yang usang dan berdebu itu. Satu langkah, dua langkah ia mendekat ke motornya.

Brukkk!

Dia jatuh. Jangan lupa, dia belum minum air putih hari ini karena saking gembiranya membelikan adik perempuannya boneka babi. Jangan lupa panas dan terik dan berpolusinya Jakarta. Sebagai tambahan, dia belum sarapan. Dia tidak punya uang, uangnya dipakai untuk beli boneka babi untuk adik peremuannya yang sedang berulang tahun.

Lalu, orang-orang pun mengerumuninya.

(Not) to be continued…


Comments

Popular Posts