BALASAN SURAT PERTAMA
Dua hari yang lalu, saya mendapatkan surel dari Sang Tuan. Surel-surel tersebut berisi balasan-balasan dari surat-surat yang saya unggah di blog beberapa bulan yang lalu. Sesungguhnya malu karena seperti judul dari postingan saya, surat itu tidak akan pernah terkirimkan. Tetapi semesta berkata lain karena Sang Tuan ternyata membacanya. Ia membacanya.
BALASAN
SURAT PERTAMA
Bukannya kita pernah membicarakannya,
Nona? Apakah kau lupa? Malam itu, ketika kita bersama-sama menatap rembulan
sembari memakan terang bulan, kita berbicara tentang Pangeran Cilik. Kamu
percaya akan keberadaannya, begitu pula saya yang percaya akan mawar
satu-satunya yang ada di dunia. Mawar yang unik, berbeda, dan paling istimewa.
Kau, Nona, Kau. Saya mohon jangan pernah ragu untuk hal yang satu ini.Saya tidak pernah melupa. Kenangan
tentang Nona selalu hinggap di kepala saya. Setiap waktu, paham? Nona menyebut
saya sebagai Pangeran Cilik, maka tentu saya takut akan melupakan. Saya tidak
takut menjadi dewasa, saya hanya takut melupakan banyak hal seperti yang
dilakukan orang dewasa.
Bukan, bukan engkau sendiri yang
mengkonotasikan diri sendiri sebagai Rose karena saya pun menyebut kau Rose,
nonaku. Saya bisa menerima cerewetmu, saya bersumpah akan selalu begitu,
bukannya ini yang disebut saling melengkapi? Kau suka bercerita dan saya suka
mendengarkan. Jangan ragu untuk bercerita ke saya, Rose. Jangan pernah. Saya
selalu menunggu ceritamu.
Saya tidak pernah meninggalkanmu. Saya
hanya ada masalah yang kau tak perlu tahu itu. Saya perlu menghilang sejenak, Rose.
Maaf saya tidak bisa bercerita masalah saya apa karena nanti kamu ikut bersedih. Saya tidak mau kamu sedih. Tapi sekarang semuanya sudah selesai, kok. Kita bisa bersama lagi.
Jangan, Rose, jangan berguguran. Jangan
layu, jangan mati.
Kadangkali kamu harus kuat sendiri
ketika saya tidak ada di sampingmu. Saya tidak bisa selalu bersamamu, kamu
tentu tahu itu. Maka, tetaplah mekar walau sedang tidak ada saya yang
menyiramimu. Tetaplah berseri karena kamu ditakdirkan untuk mencuri cahaya
bulan, Rose. Saya selalu menunggumu dengan sabar, oleh karena itu saya mohon,
bersabarlah jua menunggu saya.
Maaf, barangkali pohon-pohon baobab itu
sudah menjalar ke sana ke mari. Maaf, dan saya akan menyewa gergaji mesin untuk hal yang satu ini.
Saya akan singkirkan semuanya agar hanya kau yang tumbuh di planet ini, Rose.
Kamu tidak tinggal debu! Kamu masih
Rose-ku.
Apakah kau di sana, Rose?
Salam balik
Pangeran Kecilmu
(saya harus menyamarkan namanya)
Tautan surat pertama
https://aufiana.blogspot.com/2021/07/a-letter-that-will-never-be-sent.html
Comments
Dan knp malah jadi water lily?